CONTOHTEKS
 

2 Pemimpin Kerajaan Demak yang Membawanya ke Masa Keemasan

 

CONTOHTEKS.NET – Kerajaan Demak menjadi kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa atau Jawa pesisir. Pada awalnya Demak merupakan salah satu bagian kadipaten dari kerajaan Majapahit yang pada akhirnya muncul sebagai kekuatan baru setelah mewarisi legitimasi dari kebesaran kerajaan Majapahit. Hal itu terjadi menjelang abad ke-15. Bisa dibilang jika kerajaan Demak menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Meskipun begitu, sejarah telah mencatat bahwa kerajaan Demak tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan.
Salah satu bukti peninggalan kerajaan Demak yang masih bisa dilihat hingga sekarang adalah Masjid Agung Demak yang didirikan oleh Walisongo sebagai tokoh yang dipercaya dalam menyebarkan agama Islam di pulau Jawa yang akhirnya meluas hingga ke seluruh wilayah Nusantara. Sementara itu, lokasi keraton Demak yang dulunya berada di tepi laut di kampung Bintara (Bintoro), saat ini telah menjadi kota Demak di Jawa Tengah. Di masa itu, kota ini mendapat sebutan sebagai Demak Bintara. Kemudian saat dipindahkan ke Prawata (Prawoto), kota kerajaan disebut Demak Prawata.
Raja Demak yang pertama adalah Raden Patah yang bertahta sejak tahun 1475 hingga 1518, dan dianggap sebagai putra dari Kerajaan Majapahit yang terakhir. Lalu pemerintahan berlanjut di tangan Pati Unus sejak tahun 1518 hingga 1521, di mana pada masa itu ia berhasil menjadikan Demak sebagai kerajaan yang berwawasan Nusantara. Sementara itu pada masa pemerintahan Sultan Trenggana sekitar tahun 1527, ekspansi militer Kerajaan Demak berhasil menundukkan kerajaan Majapahit.
2 PEMIMPIN KERAJAAN DEMAK YANG MEMBAWANYA KE MASA KEEMASAN
Berdasarkan catatan sejarah, ada 2 pemimpin Kerajaan Demak yang berhasil membawanya ke masa keemasan, yaitu:
1. Pati Unus (1518 – 1521)
Di bawah pemerintahan Pati Unus, Kerajaan Demak menjadi kerajaan yang berwawasan nusantara. Dalam hal ini, Pati Unus memiliki visi besar dalam menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Kerajaan Demak sempat merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Di masa itu, Pati Unus beberapa kali mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di Malaka.
2. Sultan Trenggana (1521 – 1546)
Sultan Trenggana dikenal atas jasanya terhadap penyebaran agama Islam di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mulai menguasai daerah-daerah di wilayah Pulau Jawa lainnya seperti: merebut Sunda Kelapa dari Kerajaan Padjajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Kerajaan Blambangan yang menjadi kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1546).
Sultan Trenggana lalu meninggal dunia pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan. Salah seorang panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, seorang pemuda asal Pasai, Sumatera, yang juga menjadi menantu Sultan Trenggana. Sementara Maulana Hasanuddin putera Sunan Gunung Jati, diperintah oleh Sultan Trenggana untuk menundukkan Banten Girang, dan kemudian Maulana Hasanuddin menjadikan Banten sebagai kerajaan mandiri. Sedangkan Sunan Kudus yang merupakan imam di Masjid Demak juga menjadi pemimpin utama dalam penaklukan Kerajaan Majapahit sebelum pindah ke Kudus.
KEMUNDURAN KERAJAAN DEMAK
Kerajaan Demak tidak bertahan lama, sebab di akhir pemerintahan, terjadilah perebutan kekuasaan yang diawali dengan persaingan panas antara Pangeran Surowiyoto (Pangeran Sekar) dengan Sultan Trenggana yang berlanjut dengan dibunuhnya Pangeran Surowiyoto oleh Sunan Prawoto, putera dari Sultan Trenggana.
Kemudian di tahun 1546 ketika Sultan Trenggana wafat, kekuasaan pun beralih kepada Sunan Prawoto yang menjadi Raja Demak ke-4. Namun ini juga tidak berlangsung lama sebab di tahun 1549, Sunan Prawoto dan istrinya dibunuh oleh pengikut Pangeran Arya Penangsang, putera Pangeran Surowiyoto. Pada akhirnya Pangeran Arya Penangsang menjadi Raja Demak ke-5.
Pengikut Pangeran Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri, seorang Adipati Jepara. Hal ini menyebabkan adipati-adipati di bawah Kerajaan Demak memusuhi Pangeran Arya Penangsang. Salah satunya yang memusuhinya adalah Adipati Pajang, yaitu Joko Tingkir (Hadiwijoyo).
Kemudian di tahun 1554 terjadilah pemberontakan yang dilakukan oleh Joko Tingkir untuk merebut kekuasaan Pangeran Arya Penangsang yang berakhir dengan terbunuhnya Pangeran Arya Penangsang oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir. Dengan terbunuhnya Pangeran Arya Penangsang, maka berakhirlah era Kerajaan Demak. Joko Tingkir kemudian memindahkan pusat Pemerintahan ke Pajang dan mendirikan Kerajaan Pajang.

BACA:  Sebaran Jenis Ikan di Perairan Laut Indonesia

Artikel ini dikunjungi dengan topik . Baca juga artikel menarik lainnya .