CONTOHTEKS
 

Daur Hidup Tumbuhan Lumut

 

CONTOHTEKS.NET – Pada tumbuhan lumut, proses reproduksi baik secara seksual dan aseksual berlangsung melalui suatu proses yang disebut sebagai metagenesis. Dalam metagenesis, terjadi pergiliran keturunan antara generasi sporofit (2n) dan generasi gametofit (n).
Ketika ada spora yang jatuh pada tempat yang sesuai, maka spora tadi akan tumbuh menjadi protonema. Protonema tadi akan segera tumbuh menjadi tumbuhan lumut dewasa yang akan menghasilkan gamet jantan, yaitu anteridium yang akan menghasilkan spermatozoid dan juga menghasilkan gamet betina, yaitu arkegonium yang akan menghasilkan ovum.
Apabila terjadi fertilisasi antara spermatozoid dengan ovum maka akan terbentuk zigot, zigot tadi akan segera berkembang menjadi sporogonium yang akan menghasilkan spora. Spora yang dihasilkan sporogonium akan membelah dan akan keluar serta tumbuh lagi menjadi protonema. Siklus akan berjalan seperti semula.
Reproduksi lumut bergantian antara seksual dan aseksualnya. Reproduksi aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet-gamet. Baik gamet jantan maupun gamet betina yang dibentuk dalam gametofit. Ada 2 macam gametangium, yaitu sebagai berikut:
1. Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol dengan bagian lebar yang disebut perut; bagian yang sempit disebut leher. Keduanya mempunyai dinding yang tersusun atas selapis sel. Di atas perut terdapat saluran leher dan satu sel induk yang besar; sel ini membelah menghasilkan sel telur.
2. Anteridium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat seperti gada. Dinding anteridium terdiri dari selapis sel-sel yang mandul dan di dalamnya terdapat sejumlah besar sel induk spermatozoid-spermatozoid yang bentuknya seperti spiral pendek; sebagian besar terdiri dari inti dan bagian depannya terdapat dua bulu cambuk.
Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran keturunan yang disebut metagenesis. Metagenesis berlangsung seperti pada skema. Jika anteridium dan arkegonium terdapat dalam satu individu, tumbuhan lumut disebut berumah satu (monoesis) dan jika dalam satu individu hanya terdapat anteridium atau arkegonium saja disebut berumah dua (diesis). Daur hidup tumbuhan lumut dapat digambarkan sebagai mana tertera di bawah ini.
Ciri dan Struktur Lumut
Pada umumnya, lumut berukuran kecil dengan tinggi kurang dari 2 cm, meskipun ada juga yang tingginya mencapai setengah meter. Ukuran tubuh demikian ada kaitannya dengan ketiadaan jaringan pengangkut yang efisien pada lumut. Lumut tudak memiliki system pembuluh khusus untuk mengangkut air dan mineral organic. Proses pendistribusian air berjalan lambat, yaitu secara difusi.
Lumut tidak memiliki akar, batang, dan daun yang sebenarnya. Hanya saja tumbuhan tersebut memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Sebagai pengganti akar, lumut memiliki rizoid. Struktur rizoid menyerupai bulu-bulu akar. Melalui rizoid inilah lumut menempel pada substrat dan menyerap air serta mineral dari dalam tanah.
Reproduksi Lumut
Lumut dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual (vegetatif) dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui pembentukan tunas (gemma), penyebaran spora, dan fragmentasi.
Reproduksi seksual (generatif) dilakukan denagn cara peleburan antara sel gamet jantan (spermatozoid) dan gamet betina (ovum). Spermatozoid dihasilkan oleh alat kelamin jantan (anteridium), sedangkan ovum dihasilkan oleh alat kelamin betina (arkegonium).
Berdasarkan letak anteridium dan arkegonium, lumut dapat dibedakan atas dua kelompok berikut.
1. Lumut homotalus, merupakan kelompok lumut yang memiliki anteridium dan arkegonium pada satu tubuh (talus). Lumut demikian disebut juga lumut berumah satu.
2. Lumut heterotalus, merupakan kelompok lumut yang masing-masing talusnya memiliki anteridium dan arkegonium saja. Lumut demikian disebut juga lumut berumah dua.
Daur Hidup Lumut
Pada umumnya, tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) dalam hidupnya, yaitu antara fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetative dikenal sebagai generasi sporofit, yaitu fase yang menghasilkan spora. Sebaliknya, fase generative disebut sebagai generasi gametofit, yaitu fase yang menghasilkan sel kelamin (gamet).
Pada generasi gametifit terbentuk gamet jamtan dan gamet betina. Jika terjadi pembuahan dari kedua macam gamet tersebut, maka akan terbentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi sporofit. Selanjutnya, sporofit melalui sporogonium akan menghasilkan spora. Spora yang jatuh pada tempat yang sesuai akan tumbuh membentuk protonema kemudian berkembang menjadi lumut dewasa.
Klasifikasi Lumut
Berdasarkan morfologi dan sifat hidup lainnya, lumut dikelompokkan atas lumut hati, lumut tanduk, dan lumut sejati (lumut daun). Masing-masing kelompok tersebut menempati tingkatan takson yang sama. Akan tetapi, penempatannya dalam siste taksonomi mengalami perkembangan.
Sebagian ahli taksonomi botani menempatkan masing-masing kelompok lumut pada tingkatan takson kelas, yaitu kelas Hepaticopsida (lumut sejati), kelas Anthoceropsida (lumut tanduk), dan kelas Briofita atau Bryopsida (lumut sejati).
– Briofita (lumut sejati / lumut daun)
Briofita merupakan lumut yang paling banyak dikenal. Hamparan lumut sering terdapat di tempat-tempat yang lembap. Siklus hidup briofita mengalami pergantian antara generasi haploid dan diploid. Sporofit pada umumnya kecil, berumur pendek dan tergantung pada gametofit. Contoh lumut sejati (Briofita) : a. Pegonatum cirrhatum, batangnya kebanyakan bercabang, daunnya besar di bagian atas. Tudung spora terdapat pada pucuk tumbuhan, tertutup oleh calyptra berbulu tembik.
– Aerobryapsis longgissima, terdapat berangkai pada kulit atau daun tumbuhan. Tudung spora terletak pada cabang-cabangnya, bertangkai pendek dan calyptra berbulu. Banyak terdapat di hutan-hutan dan pegunungan, panjangnya mencapai 50 meter.
– Mniodendrom divarikatum, lumut besar, tumbuh di atas tanah atau pada batang pohon di atas tanah.
– Sphagnum (lumut gambut) hidup di pohon-pohon.
a. Hepatofita (lumut hati)
Disebut lumut hati, karena bentuknya menyerupai hati. Tempat tumbuhnya pada tanah-tanah yang cukup basah. Lumut hati ada 2 macam yaitu lumut hati jantan dan betina, masing-masing menghasilkan anteridium dan arkegonium. Dari anteridium ke luar sel kelamin jantan sedangkan dalam arkegonium terdapat sel telur.
Pembuahan berlangsung dengan bantuan air. Oleh karena itu tempat basah dan sedikit berair merupakan suatu tempat yang baik untuk tumbuhnya. Air hujan atau percikan air membantu penyerbukan. Seperti halnya lumut daun, pada lumut hati pun terdapat pergiliran turunan.
Di dalam sporangia terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut elatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga membantu memencarkan spora.
Lumut hati juga dapat melakukan reproduksi aseksual dengan seberkas sel yang disebut mangkok di permukaan gametofit. Contoh hepatofita adalah Marchantia polymorpha dan Porella.
b. Anthocerofita (lumut tanduk)
Anthocerofita sering disebut lumut tanduk. Gametofitnya mirip dengan lumut hati, perbedaannya terletak pada sporofitnya. Sporofit lumut tanduk mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit. Contoh lumut tanduk adalah Anthoceros laevis (lumut tanduk).

BACA:  Jelaskan Proses Masyarakat Mengenal Tulisan!

Artikel ini dikunjungi dengan topik . Baca juga artikel menarik lainnya .