CONTOHTEKS
 

Janin Dalam Kandungan Mendapat Makanan Melalui?

 

CONTOHTEKS.NET – Seperti yang dikutip dari Wikipedia, Janin (en:fetus, foetus, fœtus, faetus, fætus) adalah mamalia yang berkembang setelah fase embrio dan sebelum kelahiran. Dalam bahasa Latin, fetus secara harfiah dapat diartikan “berisi bibit muda, mengandung”. Pada manusia, janin berkembang pada akhir minggu kedelapan kehamilan, sewaktu struktur utama dan sistem organ terbentuk, hingga kelahiran. Janin biasa juga disebut dengan Calon Bayi.
Masih seperti yang dikutip dari Wikipedia, pada waktu berhubungan seksual seorang pria dapat mengeluarkan 300-400 juta sel sperma. Namun dari sekian banyak sel sperma, hanya satu sel sperma yang dapat membuahi sel telur. Sel telur yang telah dibuahi akan menjadi zigot dan menempel pada dinding rahim. Setelah beberapa jam, zigot akan mengalami beberapa fase berikut ini:

• Fase morulla. Dalam fase ini zigot membelah secara mitosis berturut-turut sehingga menjadi 2-4-8-16 dan akhirnya 32 buah sel.
• Fase blastulla. Pada fase blastulla ditandainya dengan terjadinya pembentukan rongga tubuh dan jaringannya.
• Fase gastrulla. Pada fase ini terjadi pembentukan 3 lapisan pada dinding rahim, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.

Selanjutnya, zigot membentuk embrio yang diselubungi oleh kantung kuning telur (bagian ini tidak berkembang pada janin manusia), amnion, alantonis, dan korion. Setelah semua membran dan plasenta terbentuk, maka embrio bisa disebut sebagai janin atau fetus.
Bagaimana Janin Memperoleh Makanan?
Janin menerima semua zat hara dan oksigen dari pasokan darah ibunya. Tetapi, darah janin itu tak pernah langsung bercampur dengan darah ibunya. Janin membuat darah sendiri, yang mengalir lewat tali pusar menuju plasenta.
Plasenta sendiri adalah organ yang tumbuh di dalam rahim selama kehamilan dan menghubungkan jalur pasokan darah dari ibu dan bayi. Disebut juga uri atau ari-ari. Plasenta terdiri dari 200 lebih pembuluh dan vena halus, berbentuk mirip gumpalan hati mentah. Plasenta manusia memiliki diameter rata-rata 22 cm, berat rata-rata 470 gram, dan rata-rata tebal (pada bagian tengah plasenta) 2,5 cm. Plasenta mempunyai dua komponen yaitu bagian ibu yang dibentuk oleh desidua basalis dan bagian janin yang dibentuk oleh korion frondosum.
Proses Pembentukan Plasenta.
– Pada awalnya, vili korionik dapat terlihat diatas keseluruhan permukaan embrio yang tertanam. Sejalan dengan semakin membesarnya embrio yang berkembang, vili dibawah bagian desidua kapsularis endometrium menghilang.
– Vili korionik dibawah embrio tetap ada dan semakin berkembang. Percabangan dan pembesarrannya disebut korion frondosum. Korion frondosum dan bagian desidua basalis endometrium bergabung membentuk plasenta. Embrio dilekatkan oleh batang penghubung (korda umbilicus) ke plasenta.
Pembuluh darah menghubungkan plasenta dengan jaringan rahim lewat tonjolan-tonjolan mirip jari yang disebut vilus korion. Di sekitar vilus korion, yaitu di sela intervilus, terdapat darah ibu. Melalui suatu lapisan jaringan tipis yang disebut trofoblas ke vena janin, ibu dan janin mempertukarkan zat hara, gas-gas dan sisa buangan.

Fungsi Plasenta.
1. Sebagai alat yang memberi makanan pada janin (nutritif).
2. Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme (ekskresi).
3. Sebagai alat yang memberi zat asam (O2), dan mengeluarkan CO2 (respirasi).
4. Sebagai alat pembentuk hormon.
5. Sebagai alat menyalurkan berbagai antibodi ke janin.

Selain itu, fungsi plasenta juga adalah untuk mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan ini dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan CO2 serta sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu.
Perlu diketahui bahwa plasenta dapat pula dilewati kuman-kuman dan obat-obatan tertentu. Penyaluran zat makanan dan zat lain dari ibu ke janin dan sebaliknya harus melewati lapisan trofoblas plasenta.
Tali Pusar.
Di dalam tali pusar terdapat dua arteri dan satu venayang menghubungkan janin dengan plasenta. Tali ini berbentuk spiral (tidak lurus seperti selang), panjang, dan cukup lentur sehingga tetap aman sewaktu janin bergerak. Ketika bayi itu lahir dan dapat bernapas serta makan sendiri, tali itu dipotong, dan meninggalkan bekas di perut, disebut pusar.
Dengan adanya tali pusar ini bayi dapat berkembang karena tali pusar menyalurkan makanan dari sang ibu. Tetapi saat sang bayi sudah 9 bulan dalam perut sang ibu pusar ini akan mulai mengeras, sehingga bayi harus keluar dari perut, kalau tidak ia tidak akan memperoleh makan dan mati.

BACA:  Dimanakah Terjadi Proses Sintesis Lipid pada Retikulum Endoplasma?

Artikel ini dikunjungi dengan topik . Baca juga artikel menarik lainnya .