CONTOHTEKS
 

Fitohormon pada Tumbuhan

 

CONTOHTEKS.NET – Tidak hanya manusia dan hewan yang membutuhkan hormon untuk pertumbuhannya, namun tumbuhan sebagai salah satu makhluk hidup pun memerlukan hormon untuk menunjang pertumbuhannya menjadi lebih baik. Hormon pada tumbuhan dikenal dengan istilah Fitohormon

Fitohormon adalah sekumpulan senyawa organik non hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang meskipun dalam kadar yang sangat kecil mampu mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Dalam hal ini, kadar kecil yang dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter sampai satu mikromol per liter.

Hormon tumbuhan dihasilkan sendiri oleh tumbuhan yang bersangkutan. Pemberian hormon dari luar tubuh tumbuhan dapat pula dilakukan. Pemberian secara eksogen dapat juga melibatkan bahan kimia non alami atau sintetik, yaitu yang tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan, yang akan menimbulkan rangsang yang serupa dengan fitohormon alami.

Fitohormon pada Tumbuhan

Sebenarnya terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal, baik yang dihasilkan secara alami oleh tumbuhan sendiri maupun yang dihasilkan oleh organisme non-tumbuhan atau yang sintetis buatan manusia. Pengelompokan fitohormon dilakukan untuk lebih memudahkan identifikasi, dan terutama didasarkan pada efek fisiologis yang serupa, bukan berdasarkan kemiripan struktur kimia semata.

BACA:  Jenis-jenis Sampah

Berdasarkan kesepakatan para ahli, maka fitohormon pada tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian, yaitu:

1. Auksin

Hormon auksin ditemukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Frits Went pada ujung koleoptil kecambah gandum (Avena sativa). Dari penelitiannya ditemukan bahwa ternyata auksin juga dapat ditemukan pada ujung batang dan akar, serta di tempat pembentukan bunga,buah, dan daun. Hormon auksin tersedia secara alami dalam bentuk IAA (Indole Acetic Acid) dan dapat dibuat secara sintesis.

Beberapa fungsi penting dari hormon auksin, antara lain:

  1. Menghambat pertumbuhan tunas lateran.
  2. Merangsang kambium untuk membentuk xilem dan floem.
  3. Merangsang pertumbuhan akar lateral (samping) dan akar serabut.
  4. Merangsang pemanjangan sel batang dan menghambat pemanjangan sel akar.
  5. Mempercepat terjadinya diferensiasi di daerah meristem dan daerah pengguguran (absisi), sehingga mencegah rontoknya daun, bunga, dan buah.
  6. Membantu proses partenokarpi pada buah, yaitu pembentukan buah tanpa terjadi pembuahan, dapat dihasilkan secara buatan dengan cara memberi auksin pada putiknya.
  7. Mempercepat proses pembelahan dan pemanjangan jaringan sel.

2. Sitokinin

Hormon sitokinin merupakan zat tumbuh yang bersama-sama dengan hormon auksin dalam mendorong pembelahan sel (sitokinesis). Hormon ini pertama kali ditemukan pada batang tanaman tembakau, yaitu kinetin yang dibentuk pada bagian akar dan ditransportasikan ke seluruh bagian sel tanaman tembakau.

BACA:  Struktur Penyusun Tulang Pipa

Beberapa fungsi penting dari hormon sitokinin, antara lain:

  1. Merangsang pembelahan sel
  2. Meningkatkan pembentukan akar dan tunas
  3. Memperkecil dominasi apikal oleh auksin
  4. Memacu tunas samping atau tunas ketiak
  5. Mengatur pembentukan bunga dan buah
  6. Mengatur pertumbuhan daun dan pucuk
  7. Menunda pengguguran daun
  8. Menghambat proses penuaan

3. Giberelin

Hormon giberelin ditemukan pertama kali pada tahun 1926 oleh Eiichi Kurosawa pada saat ia mempelajari penyakit pada tanaman padi. Giberelin merupakan zat tumbuhan yang dihasilkan oleh jamur Gibberella fujikuroi yang hidup sebagai parasit pada tanaman padi di negara Jepang.

Beberapa fungsi penting dari hormon giberelin, antara lain:

  1. Berperan dalam pembungaan (flowering) dan pematangan buah (fruit ripening).
  2. Menghilangkan dormansi/istirahat biji.
  3. Berpengaruh terhadap terjadinya genetic dwarfism, yaitu suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi.
  4. Berpengaruh terhadap partenokarpi (pembuahan tanpa terjadi peleburan sperma dan sel telur).
  5. Mempercepat pertambahan sel.
  6. Mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel.
  7. Membantu tanaman tumbuh normal.
  8. Meningkatkan produksi alfa amilase pada kecambah.
  9. Merangsang pertumbuhan aluran polen.
  10. Memperbesar ukuran buah.
BACA:  Efek Rumah Kaca

4. Etilena

Hormon etilena merupakan satu-satunya zat pengatur tumbuh yang berwujud gas pada suhu dan tekanan ruangan. Selain itu, etilena tidak memiliki variasi bentuk yang lain. Peran senyawa ini sebagai perangsang pematangan buah telah diketahui sejak lama meskipun orang hanya tahu dari praktek tanpa mengetahui penyebabnya.

Selain berperan dalam pematangan buah, etilena juga dapat menyebabkan pertumbuhan batang menjadi tebal dan kukuh untuk menahan pengaruh angin. Etilena diproduksi melalui proses metabolisme selama pertumbuhan dan perkembangan dalam jumlah yang terendah , contohnya bunga,daun, batang , akar , umbi, dan biji.

5. Asam Absisat

Asam absisat (ABA) merupakan kelompok fitohormon yang terkait dengan dormansi dan perontokan daun. ABA selanjutnya dapat diproses menjadi bentuk turunan tidak aktif yang disebut sebagai ABA metabolit. ABA sering dikelompokkan sebagai hormon inhibitor karena perannya yang kerap terkait dengan penundaan proses.

Beberapa fungsi penting dari hormon asam absisat, antara lain:

  1. Merangsang penutupan mulut daun atau stomata pada musim kering.
  2. Mempertahankan tumbuhan dari tekanan lingkungan yang buruk, misalnya kekurangan air yaitu dengan cara dormansi (menunda pertumbuhan).
  3. Membantu peluruhan atau gugurnya daun pada musim kering.
  4. Menghambat pembelahan dan pemanjangan sel.

Artikel ini dikunjungi dengan topik . Baca juga artikel menarik lainnya .