CONTOHTEKS
 

Karakteristik Penelitian Kualitatif

 

CONTOHTEKS.NET – Penggunaan istilah kualitatif untuk mencakup atau memayungi beberapa strategi penelitian yang memberikan karakteristik tertentu, yang datanya diistilahkan “soft” yaitu kaya akan deskripsi mengenai manusia, tempat dan konversasi dan tidak mudah dianalisa dengan prosedur statistik. Pertanyaan penelitian tidak disususn melalui pengoperasionalan variabel, tapi dirumuskan untuk meneliti semua kompleksitas obyeknya.
Definisi Penelitian Kualitatif
Menurut banister, dkk (1994) penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai satu cara sederhana, sangat longgar, yaitu suatu penelitian interpretatif terhadap suatu masalah di mana peneliti merupakan sentral dari pengertian atau pemaknaan yang dibuat mengenai masalah itu.
Merriam (1998) merumuskan penelitian kualitatif sebagai satu konsep payung yang mencakup beberapa bentuk penelitian untuk membantu peneliti memahami dan menerangkan makna fenomena sosial yang terjadi dengan sekecil mungkin gangguan terhadap setting alamiahnya.
 
Karakteristik Penelitian Kualitatif
 
Asmadi Alsa dalam bukunya Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi mengemukakan sembilan (9) ciri-ciri penelitian kualitatif sebagai berikut:
 
1. Penelitian kualitatif memiliki setting alamiah sebagai sumber data
 
Peneliti kualitatif melakukan penelitian pada setting tertentu karena mereka berorientasi pada konteks. mereka berasumsi bahwa perilaku manusia secara signifikan dipengaruhi oleh setting di mana peristiwa itu terjadi, dan mereka merasa bahwa perilaku dapat dimengerti secara baik apabila diobservasi dalam setting dimana peristiwanya terjadi.
 
Setting harus dipahami dalam konteks sejarah institusi dimana partisipan merupakan bagiannya. Ketika data diperoleh, peneliti perlu mengetahui di mana data itu diperoleh, bagaimana memperolehnya, dan dibawa perististiwa apa data itu muncul atau terjadi.
 
2. Peneliti sebagai Instrumen Penelitian
 
Peneliti adalah instrumen utama penelitian, sehingga ia dapat melakukan penyesuaian sejalan dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan.Tidak seperti yang biasa dilakukan oleh peneliti kuantitatif di mana instrumen penelitiannya telah disiapkan sebelumnya, sehingga ia tidak mungkin untuk melakukan perubahan. Di samping itu, peneliti kualitatif juga akan dapat mengantisipasi dan mengganti strategi apabila kehairannya akan mengganggu fenomena yang sedang terjadi.
 
Meskipun peneliti dapat menggunakan videotapesdan alat pencatat, materi yang dicatat secara mekanik tersebut tetap harus direviu secara menyeluruh oleh peneliti dengan insight peneliti sebagai instrumen kunci.
 
3. Penelitian kualitatif adalah deskriptif
Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan adalah berbentuk kata-kata atau gambar, bukan angka seperti dalam penelitian kuantitatif. data tersebut meliputi transkrip wawancara, catatan lapangan, fotografi, videotapes, dokumen personal, memo dan catatan resmi lainnya.
 
Dalam usaha memahami makna, peneliti kualitatif tidak mengurangi narasi yang terekam dalam setiap halamannya. Mereka mencoba untuk menganalisa semua data yang diperoleh secara sama atau sedekat mungkin dengan bentuk data aslinya saat data itu dicatat atau direkam.
 
Menurut Patton (1987) ada tiga macam metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
 
1) In-depth interview = Data dari in-depth interview terdiri atas kutipan langsung mengenai pengalaman, opini, perasaan dan pengetahuan subyek.
 
2) Observasi langsung = Data dari observasi langsung terdiri dari uraian rinci aktivitas penelitian atau program, perilaku partisipan, dan interaksi antaa manusia yang dapat menjadi bagian dari pengalaman-pengalamn penelitian.
 
3) Dokumen tertulis = analisis dokumen menghasilkan kutipan, atau seluruh halaman rekaman, korespondensi laporan pejabat, dan open-ended survey.
 
Laporan-laporan kualitatif oleh beberapa peneliti diuraikan sebagai “anecdotal”. Ini menyebabkan laporan tersebut sering berisi kutipan-kutipan dan berusaha menerangkan satu situasi tertentu atau pandangan terhadap dunia dalam bentuk naratif. Kata tertulis sangat penting dalam pendekatan kualitatif, baik dalam mencatat data maupun dalam diseminasi penemuan.
 
4. Peneliti kualitatif lebih memperhatikan proses daripada hasil penelitian
 
Peneliti kualitatif menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan mengfokuskan pada prosesnya. Sebagai contoh, untuk meneliti pola asuh orangtua terhadap anak-anaknya, maka peneliti akan menterjemahkan pola asuh orangtua tersebut dengan mengobservasi bagaimana sikap dan perilaku orangtua dalam interaksi sehari-harinya dengan anak-anaknya dan mengobservasi bagaimana sikap dan perilaku anak-anak dalam berinteraksi dengan orangtuanya. Dengan mengumpulkan data dari interaksi tersebut, maka peneliti dapat menarik kesimpulan.
 
5. Peneliti kualitatif cenderung menganalisa datanya secara induktif
 
Peneliti kualitatif mencari data tidak untuk menguji hipotesis tapi untuk melakukan abstraksi berdasar fakta-fakta atau keterangan-keterangan yang telah dikumpulkan. Mereka tidak memikirkan kemampuan generalisasi hasil dalam cara konvensional seperti pada penelitian kuantitatif, karena mereka menggunakan asumsi bahwa perilaku manusia tidak random. Oleh karena itu mereka tidak tertarik dengan pertanyaan untuk setting seperti apa dan subyek yang mana hasil
penelitiannya dapat digeneralisasi.
 
Seperti dikatakan oleh Neuman (2000), peneliti kualitatif pertama-tama memiliki gambaran umum, selanjutnya memfokuskan pada sedikit problem atau isu spesifik. Seorang peneliti menentukan suatu pertanyaan penelitian yang spesifik dan mengembangkan hipotesis setelah ia berada di lapangan dan mengalaminya. Pertama kali semuanya nampak relevan, akan tetapi kemudian perhatian menjadi selektif dan memfokuskan pada pertanyaan penelitian dan tema yang spesifik.
 
6. Pemaknaan merupakan perhatian utama dari penelitian kualitatif
 
Peneliti kualitatif orientasinya pada perspektif subyek yang diteliti (participant perspectives). Peneliti kualitatif membutuhkan kepastian bahwa ia memperoleh perspektif secara akurat. Oleh karena itu peneliti menunjukkan videotapes kepada subyek yang diteliti untuk mengecek bahwa interpretasi yang ia buat sudah sesuai dengan yang dipikirkan atau dirasakan subyek. Peneliti lain mungkin menunjukkan draf atau artikel atau transkrip wawancara untuk mencocokkannya dengan subyek penelitian. Kesemuanya itu dimaksudkan agar makna yang disimpulkan peneliti tidak meleset dari sumbernya.
 
7. Pentingnya kontak personal langsung dengan subyek
 
Dalam penelitian kualitatif, kontak secara personal adalah penting untuk menjaga setting alamiah dan kelancaran memperoleh data yang diperlukan. Kontak personal yang baik akan menghapus kecurigaan partisipan pada peneliti, sehingga mereka tidak ragu-ragu melakukan aktivitas, berbicara, dan menunjukkan atau mengekspresikan secara verbal maupun non verbal data yang berarti bagi peneliti. Selain itu, dalam penelitian kualitatif, hasil penelitian juga bergantung pada kualitas hubungan antara peneliti sebagai pencari data dan subyek atau kelompok subyek yang menjadi sumber data.
 
8. Berorientasi pada kasus yang unik
 
Penelitian kualitatif meneliti proses bukan meneliti permukaan yang nampak. Berdasar permukaan yang nampak tersebut peneliti memulai penelitiannya. Misalnya dalam satu komunitas remaja, ada seorang remaja yang tidak “normatif” untuk ukuran komuniats tersebut. Atau pada satu kecamatan ada kelurahan tertentu yang remajanya banyak terlibat narkoba. Hal semacam ini yang menarik peneliti kualitatif untuk meneliti kasus tersebut.
 
9. Peneliti kualitatif biasanya merupakan penelitian lapangan (fieldwork).
 
Penelitian kualitatif menuntut peneliti untuk secara fisik menjumpai/mendatangi orang, masyarakat, setting, tempat, institusi (atau field) agar dapat mengobservasi fenomena yang diteliti dalam setting alamiahnya.

BACA:  Negara yang Mendapatkan Julukan Anak Benua

Artikel ini dikunjungi dengan topik . Baca juga artikel menarik lainnya .