CONTOHTEKS
 

Reproduksi Tumbuhan Lumut Pada Fase Sporofit

 

CONTOHTEKS.NET – Lumut adalah tumbuhan yang sudah terbentuk embrio, berspora tapi belum mempunyai akar, batang dan daun. Lumut mengalami metagenesis yaitu terjadinya pergiliran keturunan antara gametofit dan sporofit.

Gametofit merupakan tumbuhan lumut itu sendiri dan generasi yang menghasilkan sperma atau ovum, sedang sporofit merupakan generasi yang menghasilkan spora.

Dilansir dari wikipedia, Dalam bahasa sehari-hari, istilah “lumut” dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia.

Ciri Tumbuhan Lumut

BACA:  Lapisan Penyusun Dinding Usus

Peran tumbuhan lumut dalam ekosistem

Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan.
Tumbuhan ini juga dikenal sebagai tumbuhan perintis, mampu hidup di lingkungan yang kurang disukai tumbuhan pada umumnya.

Manfaat tumbuhan lumut

Beberapa tumbuhan lumut dimanfaatkan sebagai ornamen tata ruang. Beberapa spesies Sphagnum dapat digunakan sebagai obat kulit dan mata. Tumbuhan lumut yang tumbuh di lantai hutan hujan membantu menahan erosi, mengurangi bahaya banjir, dan mampu menyerap air pada musim kemarau.

Klasifikasi Lumut

Berdasarkan letak anteridium dan arkegonium, lumut dibedakan atas 2 kelompok, yaitu :

BACA:  Struktur Nukleus

Tahap reproduksi lumut

Tumbuhan lumut mengalami dua fase dalam siklus hidupnya, yaitu fase gametofit dan sporofit.

Dalam siklus hidupnya, fase gametofit lebih dominan dibandingkan fase sporofitnya. Hal ini bertolak belakang dengan tumbuhan berpembuluh (pteridophyta dan spermatophyta) yang memiliki fase sporofit lebih dominan dibandingkan dengan fase gametofit.

Briophyta bereproduksi secara aseksual dan secara seksual secara bergantian (metagenesis). Reproduksi secara aseksual (sporofit) terjadi melalui pembentukan spora. Spora ini dihasilkan dari sporangium (kotak spora). Spora yang dihasilkan adalah spora haploid (n). Spora ini kemudian akan tumbuh menjadi protonema.

Adapun reproduksi secara seksual (gametofit) pada Briophyta, yaitu dengan cara penyatuan gamet betina yang dihasilkan arkegonia berupa sel telur dan gamet jantan yang dihasilkan oleh antheridia berupa sperma. Sperma bergerak menuju sel telur di arkegonia dengan perantara air. Pertemuan sel telur dan sperma menyebabkan terjadinya fertiliasi yang menghasilkan zigot. Zigot membelah secara mitosis membentuk sporogonium. sporogonium terus berkembang menjadi sporofit yang diploid (2n).

BACA:  Tahapan-tahapan Respirasi Seluler

Gametangia pada tumbuhan lumut

Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu:

Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu (Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua (Dioesius). Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur.

Sporogonium adalah badan penghasil spora, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu :

Artikel ini dikunjungi dengan topik . Baca juga artikel menarik lainnya .