Tentang Akulturasi Islam dan Pra Islam
Seperti yang dikutip dari Wikipedia, Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
Agama dan budaya Islam yang masuk ke Indonesia mempengaruhi kebudayan asli Indonesia sehingga menimbulkan akulturasi kebudayan sehingga lahirlah corak baru kebudayan Indonesia. Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha.
Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia.
Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia. Agama Islam mudah diterima dan dapat berkembang pesat di Indonesia karena faktor sebagai berikut.
- Syarat masuk Islam sangat mudah, yakni cukup mengucapkan kalimat syahadat.
- Agama Islam bersifat demokratis, tidak mengenal perbedaan sosial, tidak membedakan si kaya dan si miskin, tidak membedakan warna kulit, dan sebagainya.
- Agama Islam tidak mengenal kasta.
- Agama Islam yang masuk ke Indonesia disesusikan dengan adat dan tradisi bangsa Indonesia, serta bertoleransi tinggi terhadap agama yang ada waktu itu, yakni Hindu dan Buddha.
- Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan damai, tanpa paksaan, dan kekerasan.
- Faktor politik yang turut memperlancar penyebaran agama Islam di Indonesia ialah runtuhnya Kerajaan Majapahit (1478) atau (1526) dan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis 1511.
Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam.
- Seni Bangunan.
Dilihat dari segi arsitektuknya, masjid-masjid kuno di Indonesia menampakan gaya arsitektur asli Indonesia dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- a) Atapnya bertingkat/tumpang dan ada puncaknya (mustaka).
- b) Pondasinya kuat dan agak tinggi.
- c) Ada serambi di depan atau di samping.
- d) Ada kolam/parit di bagian depan atau samping.
Gaya arsitektur bangunan yang mendapat pengaruh Islam ialah sebagai berikut:
- a) hiasan kaligrafi;
- b) kubah;
- c) bentuk masjid.
Contoh masjid kuno yang beratap tumpang, antara lain:
Masjid Agung Cirebon dibangun pada abad ke-16, Masjid Angke, Tambora dan Marunda di Jakarta dibangun pada abad ke-18, Masjid Katangka di Sulawesi Selatan dll.
- Makam.
Makam khususnya untuk para raja bentuknya seperti istana disamakan dengan orangnya yang dilengkapi dengan keluarga, pembesar, dan pengiring terdekat. Budaya asli Indonesia terlihat pada gugusan cungkup yang dikelompokkan menurut hubungan keluarga. Pengaruh budaya Islam terlihat pada huruf dan bahasa Arab, misalnya Makam Puteri Suwari di Leran (Gresik) dan Makam Sendang Dhuwur di atas bukit (Tuban).
- Seni Rupa, Aksara dan Sastra.
Akulturasi bidang seni rupa terlihat pada seni kaligrafi atau seni khot, yaitu seni yang memadukan antara seni lukis dan seni ukir dengan menggunakan huruf Arab yang indah dan penulisannya bersumber pada ayat-ayat suci Al Qur’an dan Hadis.
- Sistem Kalender.
Pada zaman Khalifah Umar bin Khatab ditetapkan kalender Islam dengan perhitungan atas dasar peredaran bulan yang disebut tahun Hijriah. Tahun 1 Hijrah (H) bertepatan dengan tahun 622 M. Sementara itu, di Indonesia pada saat yang sama telah menggunakan perhitungan tahun Saka (S) yang didasarkan atas peredaran matahari. Tahun 1 Saka bertepatan dengan tahun 78 M.
Pada tahun 1633 M, Sultan Agung raja terbesar Mataram menetapkan berlakuknya tahun Jawa (tahun Nusantara) atas dasar perhitungan bulan ( 1 tahun =354 hari). Dengan masuknya Islam maka muncul sistem kalender Islam dengan menggunakan nama-nama bulan, seperti Muharram (bulan Jawa; Sura),Shafar (bulan Jawa; Sapar), dan sebagainya sampai dengan Dzulhijah (bulan Jawa; Besar) dengan tahun Hijrah (H).
- Seni Musik dan Tari.
Terlihat pada musik qasidah dan gamelan pada saat upacara Gerebeg Maulud. Di bidang seni tari terlihat pada tari Seudati yang diiringi sholawat nabi, kesenian Debus yang diawali dengan membaca Al Qur’an yang berkembang di Banten, Aceh, dan Minangkabau.
- Sistem Pemerintahan.
Pada zaman Hindu pusat kekuasaan adalah raja sehingga raja dianggap sebagai titisan dewa. Oleh karena itu, muncul kultus “dewa raja”. Apa yang dikatakan raja adalah benar. Demikian juga pada zaman Islam, pola tersebut masih berlaku hanya dengan corak baru. Raja tetap sebagai penguasa tunggal karena dianggap sebagai khalifah, segala perintahnya harus dituruti.
Artikel ini dikunjungi dengan topik . Baca juga artikel menarik lainnya .